Oleh: A. R. Ame’
Mengapa
harus menjadi Revolusioner dan bukan Aktivis. Kata Aktivis mungkin sudah sering
terdengar di kalangan Mahasiswa atau Ormas buruh dan sebaliknya kata
“Revolusioner” serasa tidak pernah kita dengar. Seorang mahasiswa dengan merasa
bangga sering kali mencap dirinya sebagai seorang Aktivis kampus. Keaktifannya
di berbagai organisasi intra maupun ekstra memang biasanya menjadi landasan
atau unsur Mahasiswa itu di katakan Aktivis.
Mengetahui
kondisi hari ini (terkhusus pada tatanan Ekonomi dan Politik) yang semakin
terpuruk membuat berbagai macam gerakan mahasiswa melakukan berbagai sikap
bukan hanya untuk perjuangan perubahan tapi juga untuk membuktikan bahwa
dirinya adalah seorang Aktivis. Namun sebelum kita menganalisa lebih jauh
antara seorang aktivis dan seorang Revolusioner dari berbagai sudut, pertama
kita harus tahu dulu apa sebenarnya yang di maksud dengan Aktivisme dan
Revolusioner.
Aktivisme atau kepegiatan
terdiri dari upaya yang dimaksudkan untuk mengemukakan masalah perubahan yang
terkait dengan masyarakat, kuasa pemerintahan, tatanan masyarakat, atau lingkungan. Aktivisme dapat
berupa penulisan surat kepada persuratkabaran atau politikus, kampanye kuasa
pemerintahan. Lagipula, Aktivisme tentang tatanan masyarakat dapat berupa
pemulauan (boikot) atau semena-mena menggurui usaha dagang, unjuk rasa, pawai
jalanan (street marches), mogok kerja dan mogok makan (hunger strikes).
Beberapa pegiat (activist) mencoba membujuk orang
untuk mengubah perilaku mereka secara langsung, daripada membujuk pemerintah
untuk mengubah undang-undang. Gerakan kerjasama (cooperative movement)
berusaha untuk membangun lembaga-lembaga baru yang sesuai dengan asas-asas
kerjasama (cooperative principles), dan umumnya tidak menimbrung atau memengaruhi
(lobby) atau menyanggah secara politis justru secara ekonomis.
Sedangkan revolusioner adalah seseoran yang cenderung melakukan
kehendaknya secara cepat, sopntan namun
pasti. Secara harfiah, Revolusi adalah perubahan sosial dan
kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok
kehidupan masyarakat. Atau singkatnya Revolusi adalah berarti perubahan sistem
dan rezim atau pembaharuan basis struktur
dan supra struktur dalam sebuah
negara. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa
direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan (parlementariat)
atau melalui kekerasan (frontal). Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya
relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi
industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat'
karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat seperti sistem
kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan yang telah berlangsung
selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan,
menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali
baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika,
menjebol dan membangun.
Dialektika revolusi mengatakan
bahwa revolusi merupakan suatu usaha menuju perubahan menuju kemaslahatan
rakyat yang ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin, namun juga
segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika revolusi merupakan
bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan,
bahwa revolusi tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada
waktunya. Kader-kader revolusi harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran
kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya. Romantika revolusi merupakan
nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan kebesarannya, di mana ia
dibangun. Romantika ini menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia
disandingkan dengan pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat.
Telah banyak tugu peringatan dan museum yang melukiskan keperkasaan dan
kemasyuran ravolusi di banyak negara yang telah menjalankan revolusi seperti
yang terdapat di Vietnam, Rusia, China, Venezuela, Cuba dan banyak negara
lainnya. Menjebol dan membangun merupakan bagian integral yang menjadi bukti
fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta menyengsarakan
rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat, seperti di
Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan
agraria, di mana tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan
dominasi para tuan tanah di banyak daerah di negeri itu. Walaupun revolusi yang
di lakukan oleh Chavez masih terbilang revolusi Parlementariat.
Jika itu mahasiswa, berarti
watak aktivisnya hanya berlaku di kampus saja dan jika itu seorang buruh
berarti watak aktivisnya juga berlaku di pabrik saja. Aktivisme sering di
artikan sebagai pelaku perubahan namun perubahan yang di hasilkan hanya bertaraf
ekonomis saja, sebaliknya revolusioner ia tidak di kotakkan dalam satu ruang
lingkup seperti kampus atau pun pabrik tapi lebih kepada individunya. Maksudnya
ialah, seorang Revolusioner tidak pernah memandang kebutuhan ekonomisnya saja
tapi juga berusaha memperjuangkan kebutuhan politiknya juga.
Aktivis cenderung eksklusif dan
tertutup terhadap aktivis lainnya, semua itu di lakukan biasa karena
pengkotakan yang di buat oleh mereka sendiri. Penyakit-penyakit Aktivisme
sering terjangkiti kepada beberapa mahasiswa-mahasiswa lainnya. Penyakit
seperti eksklusif, elitis, herois bahkan rasis dan fasis biasanya di dapat
karena arogansi intelektual dan organisasi masih kental di dalam diri para
Mahasiswa yang mengaku dirinya Aktivis. Berbeda dengan aktivisme, revolusioner
di landasi oleh kesadaran Klas dan teori yang matang, revolusioner tidak lagi
memperjuangkan hal-hal yang bersifat ekonomis semata tapi lebih kepada
perjuangan politik atau Partai untuk bagaimana kemudian merealisasikan revolusi
yang sedang di jemputnya. Jika aktivis cenderung eksklusif, justru bagi kaum
Revolusioner keharusan akan keterbukaan menjadi salah-satu misi. Dalam
melakukan penyebarluasan kesadaran. Propaganda dan konsolidasi adalah agenda
yang wajib bagi gerakan revolusioner. Semua itu di lakukan untuk menopang
gerakan untuk lebih massif. Karena mereka (kaum Revolusioner) percaya bahwa
sesuatu yang berkontradiksi kemudian di dalamnya ada nilai kuantitatif ke nilai
kualitatif pastinya akan melahirkan sebuah Negasi ke negasi.
Saya tidak mencoba untuk
membanding-bandingkan antara seorang Aktivis dan Seorang Revolusioner, saya
hanya melihat dari realitas yang ada. Namun perbedaan sudah jelas di antara
Aktivis dan revolusioner. Tinggal kita apakah akan berjuang dengan membawa
gelar aktivis atau gelar Revolusioner. Semoga bisa bermanfaat bagi kita dan
segera jawab pertanyaan tadi. Apakah Kita
Seorang Revolusioner atau Aktivis ?
0 komentar:
Posting Komentar