BAB I
(mengenal
maxisme)
Sebelum
saya memasuki kedalam pokok masalah, saya ingin menyampaikan lebih dulu bahwa
pembahsan yang ada dalam makalah ini tidak sepenuhnya terfokus pada “marxisme”,
akan tetapi titik pembahasannya lebih mengarah kepada ajaran dan pemikiran Marx
dalam membela kaum proletar untuk menumpas system kaum borjuis-kapitalis yang
telah mengakar didua Negara digdaya kala itu, Prancis dan Inggris. Pada
dasarnya judul makalah yang di embankan pada saya adalah “marxisme” tetapi
setelah saya membaca beberapa buku dan saya menimbang-nimbang bahwa untuk
membahas tentang marxisme dengan segenap ajaran dan ideologinya, terus terang,
agak rumit untuk dibahas karna susah saya pahami. Marxisme memiliki ikatan yang
erat antara pemikiran Karl Marx dan komunisme, bahkan marxisme menjadi jembatan
yang menghubungkan antara pemikiran/ajaran Marx dengan komunisme. Dengan
demikian, Untuk menguasai marxisme juga harus bisa memahami ajaran Marx dan
paham-paham komunis, maka dari itulah sulit dipahami. Marxisme itu
merupakan pembakuan terhadap segenap ajaran dan pemikiran Karl Marx tentang
konsep sosialis-komunis, akan tetapi konteks perjalannya, “marxisme” itu
terbagi kedalam dua periode, yaitu periode marxisme klasik dan marxisme modern.
Pada periode klasik, titik ajaran marxisme lebih mengarah terhadap
ajaran-ajaran sosialisme Marx dalam menumbangkan system kapitalisme, sedangkan
pada periode modern, ajaran marxisme lebih mengarah terhadap system politik,
ekonomi dan ideology komunis yang dirintis oleh Vladimir Ilyik Lenin sebagai
lawan dari kapitalisme moderen yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan
sekutu-sekutunya di eropa barat seperti Inggris dan Prancis.
Bertolak
dari itu semua, saya berfikir bahwa ruang objek pembahasannya harus
diperkecilkan. Dan setelah dipikir-pikir, saya mengambil kesimpulan untuk
membahas “marxisme” dengan judul kecilnya “Penggagas teori sosial-politik Karl
Marx”. Mengapa teori sosial-politik Karl Marx yang di ambil, karna teori
sosial-politik Marx adalah bagian dari marxisme, dan bahkan marxisme itu
sendiri pada dasarnya adalah usaha mengabadikan ajaran-ajaran Marx yang
dilakukan oleh teman dekatnya, Engels.
Karl marx yang dikenal sebagai sosok
pemikir barat yang lahir pada tahun 1818 adalah keturunan Yahudi penganut
christianity akan tetapi pada akhirnya menganut paham atheis (tidak bertuhan),
yang dikarenakan faktor keluarga dan pergolakan sosial yang terjadi pada masa
itu. Marx merupakan seorang penganut paham Hegelianisme. Ini berawal ketika
Marx hijrah ke Berlin dan mulai menekuni pendidikan filsafat. Filsafat di
Berlin kala itu sangat dipengaruhi oleh filsafat Hegel.
Marx merupakan perintis Marxisme,
maksudnya adalah ajaran-ajaran yang ada dalam marxisme adalah pembakuan
terhadap ajrannya Marx yang dilakukann oleh temannya Friedik Engels
(1820-18938) dan oleh tokoh teori marxis Karl Kautsky (1854-1938). Lahirnya
marxisme merupakan bentuk awal dari penolakan marx terhadap system kapitalis,
dimana saat itu marx melihat telah terjadi kesenjangan social yang dipraktekkan
oleh masyarakat Eropa yang mana kaum-kaum yang berasal dari bangsawan (borjuis)
telah menguasai kawum bawahan (buruh). Saat itu kaum buruh (proletar)
dipaksakan untuk bekerja hanya demi segelintir kaum bangsawan. Dengan kata
lain, lahirnya Marxisme adalah beranjak dari konteks masyarakat industri Eropa
abad ke-19, dengan semua ketidakadilan, eksploitasi manusia khususnya kelas
bawah / kelas buruh (proletar).
Di tahun 1848, marx mengambil peran
dalam revolusi perancis yang mengharapkan pada revolusi sosial. Dalam
bukunya “Manifesto Komunis” dipresentasikan sebagai analisis sejarah yang
mengarah pada pembebasan kasta (tingkatan) dalam sosial masyarakat (class
struggle).
Konsep awal yang paling mendasar
menurut karl marx adalah segala perubahan yang terjadi dalam sosial masyarakat
disebabkan oleh struktur ekonomi pada sosial masyarakat tersebut. Sebuah
ekonomi yang unggul dalam masyarakat akan membentuk dan mewarnai seluruh sosial
masyarakat.
Ketika Marx, mempresentasikan teori
ini, dia hidup dalam masa Revolusi post-Industrialisasi. disitu terdapat sosialisasi
industri yang tampak jelas yaitu adanya pergolakan dan pertentangan antar
kalangan kelas bawah yang muncul di lingkungan masyarakat tersebut. Orang-orang
kelas bawah (the lower class) di masyarakat menginginkan posisi orang-orang
kelas atas (the upper class). Sedangkan golongan kelas atas menginginkan posisi
yang lebih tinggi lagi berpacu pada pendapatan dan hasil yang lebih tinggi
pula.
Marx menentang adanya sistem class
struggle yang telah menjamur di masyarakat, dia menginginkan terbentuknya masyarakat
yang tidak harus saling bertentangan diantara tingkatan yang ada dalam
masyarakat tersebut. Marx lebih fokus dan menekankan pada titik sebab
terjadinya penderitaan masyarakat terhadap pembagian tingkatan dan kelas
sosial, sedangkan untuk meminimalis tingkatan sosial dan mengeksploitasi antara
manusia dengan manusia dibutuhkan sebuah pemikiran yang logis dan sistematis
demi terwujudnya sebuah perubahan dalam sosial.
Gagasan dan pemikiran Marx yang
paling utama adalah harus mampu memahami asal dasar dan alasan dalam sosial,
mampu mengeleminasi serta dapat mengaplikasikannya pada ilmu pengetahuan untuk
menyerukan classless society sebagai solusi dari class struggle yang ada dalam
masyarakat.
BAB
2
MARXISME
(Penggagas
Teori Sosial-Politik Karl Marx)
A.Latar Belakang Karl Marx Dan
Munculnya Marxisme
Karl Marx adalah seoarang Filosof
besar abad modern, ia lahir pada tahun 1818 di kota Trier, Prusia (sekarang
Jerman). Marx merupakan seorang yang Atheis, ini beranjak dari realitas
kehidupan orang tuanya yang berpindah-pindah agama, semula ayahnya adalah
penganut Yahudi dan kemudian pindah agama dengan memeluk agama Kristen
Protestan.
Bila kita melihat latar belakang
Marx, disitu kita bisa menyimpulkan bahwa pemikiran Marx sangat dipengaruhi
oleh filsafat Hegel. Ini berawal ketika Marx hijrah ke Berlin dan mulai
menekuni pendidikan filsafat. Filsafat di Berlin kala itu sangat dipengaruhi
oleh filsafat Hegel, Hegel menjadi Profesor di Berlin pada tahun 1818 dan
meninggal pada tahun 1831 M. Dalam filsafat Hegel, Marx menemukan arah
pemikirannya yang menjadi senjata intelektualitasnya.
Pada tahun 1841, Marx dipromosikan
menjadi Doktor bidang filsafat oleh Universitas Jena berdasarkan sebuah
disertasi tentang Demokrasi dan Epikuros.[1]
Meski pemikiran Marx sangat dipengaruhi dan terkesan dengan filsafat Hegel,
namun ia juga sangat terganggu ketika melihat realitas kehidupan masyarakat
Prusia yang sangat jauh dari kehidupan rasional sebagaimana yang dipikirkan
oleh Hegel. Marx berkesimpulan bahwa Hegel hanya memberikan rumusan pemikran
yang bersifat teoritis tanpa merealisasikan dalam kehidupan masyarakat.
Disinilah Marx mengambil peran dalam merealisasikan teoritis menjadi praktis.
Untuk merealisasikan hal tersebut,
Marx beranggapan bahwa filsafat harus menjadi kekuatan praktis-revolusioner,
dan ini menjadi kenyataan ketika Marx mendalami filsafat Feuerbach dan
mengkalaborasikan dengan filsafat Hegel dan kemudian direalisasikan dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini terus dilakukan Marx untuk mencari solusi dalam
mengemansipasi manusia dan pemikirannya semakin tercerahkan ketika ia hijrah ke
Paris dan berjumpa dengan para tokoh-tokoh sosialis seperti Proudhon dan
Friedrich Engels yang menjadi sahabat karibnya. Akan tetapi perjalanan
intelektualnya sudah dimulai jauh sebelum ke Paris, yaitu di Jerman setelah
beberapa tahun lulus dari sekolah Gymnasium.
Di Paris, untuk pertama kalinya Marx
berhadapan dengan kaum buruh industry dan disana pula ia menjadi seorang
sosialisme, artinya ia menerima anggapan sosialisme bahwa segala masalah social
terletak pada lembaga hak milik pribadi.[2]
Dan disinilah pertama kali paham Marxisme muncul.
Sebelum penulis melangkah lebih jauh
tentang Marxisme alangkah baiknya penulis uraikan dulu pengertian Marxisme.
Istilah Marxisme adalah sebutan bagi pembakuan ajaran resmi Karl Marx,
terutama yang dilakukann oleh temannya Friedik Engels (1820-18938) dan
oleh tokoh teori marxis Karl Kautsky (1854-1938). Dalam pembakuan ini, ajaran
Marx yang sebenarnya sangat ruet dan sulit dimengerti disederhanakan agar cocok
sebagai ideology perjuangan kaum buruh. Georg lukacs menegaskan bahwa “Marxisme
klasik” adukan Engels dan Kautsky itu menyimpan apa yang sebenarnya dimaksudkan
oleh Marx.[3]
Marxisme merupakan aliran yang
ditujukan bagi penganut ajaran Karl Marx atau lebih spesifiknya lagi adalah
sebuah aliran filsafat yang ditujukan kepada ajaran-ajaran Karl Marx, dan para
penganutnya disebut dengan marxis. Aliran atau paham marxisme ini lahir berawal
dari suatu pertemuan dari tempat-tempat Karl Marx dalam sejarah perjuangan
kelas-kelas, yaitu kelahiran gerakan buruh.[4]
Lahirnya marxisme merupakan bentuk
awal dari penolakan marx terhadap system kapitalis, dimana saat itu marx
melihat telah terjadi kesenjangan social yang dipraktekkan oleh masyarakat
Eropa yang mana kaum-kaum yang berasal dari bangsawan (borjuis) telah menguasai
kawum bawahan (buruh). Saat itu kaum buruh (proletar) dipaksakan untuk bekerja
hanya demi segelintir kaum bangsawan. Dengan kata lain, lahirnya Marxisme
adalah beranjak dari konteks masyarakat industri Eropa abad ke-19, dengan semua
ketidakadilan, eksploitasi manusia khususnya kelas bawah / kelas buruh. Menurut
pandangan Marx, kondisi-kondisi dan kemungkinan-kemungkinan teknis sudah
berkembang dan merubah proses produksi industrial, tetapi struktur organisasi
proses produksi dan struktur masyarakat masih bertahan pada tingkat lama yang
ditentukan oleh kepentingan-kepentingan kelas atas. Jadi, banyak orang yang
dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya sedikit yang mengemudikan proses
produksi dan mendapat keuntungan. Karena maksud kerja manusia yang sebenarnya
adalah menguasai alam sendiri dan merealisasikan cita-cita dirinya sendiri,
sehingga terjadi keterasingan manusia dari harkatnya dan dari buah/hasil
kerjanya. Karena keterasingan manusia dari hasi kerjanya terjadi dalam jumlah
besar maka untuk memecahkannya juga harus bersifat kolektif dan global.
Marxisme, dalam batas-batas tertentu
bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi Prancis dan revolusi Bolshevik
di Rusia pada tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu ajaran filsafat
dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni
Soviet maupun di bagian belahan dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui
terlebih dahulu kerangka histories Marxisme itu sendiri.
Berbicara masalah Marxisme, memang
tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan
Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan
akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari
kondisi masyarakat agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh
diatas dalam mengembangkan pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjadai
pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan di mana Inggris Raya berhasil
menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi politik.
Ada tiga hal yang bisa menjadi
komponen dasar dari Marxisme, yaitu:
- Ajaran filsafat Marx yang disebut dengan materialism
dialektika dan materialism historis
2. Sikap terhadap masyarakat
kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja
dari David Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790)
3. menyangkut teori negara dan teori
revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep perjuangan kelas. Konsep ini
dipandang mampu membawa masyarakat ke arah komunitas kelas.
Untuk poen pertama yang disebut
sebagai materialisme dialektik, dan materialisme historis. Disebut sebagi
materialism dialektik karena peristiwa kehidupan yang didominasi oleh keadaan
ekonomis yang materil itu berjalan melalui proses dialektik. Menurut metode
tersebut, perubahan-perubahan dalam pemikiran, sifat dan bahkan perubahan
masyarakat itu sendiri berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tesis
(affirmation), antitesis (negation), dan sintesisis (unification). Mula-mula
manusia hidup dalam keadaan komunistis aslis tanpa pertentangan kelas, dimana alat-alat
produksi menjadi milik bersama (tesis), kemudian timbul milik pribadi yang
menyebabkan adanya kelas pemilik (kaum kapitalis) dan kelas tanpa milik (kaum
proletar) yang selalu bertentangan (anti tesis). Jurang perbedaan antara kaum
kaya (kapitalis) dan kaum miskin (proletar) semakin dalam, maka timbullah
krisis yang besar. Akhirnya kaum proletar bersatu mengadakan revolusi perebutan
kekuasaan, maka timbullah dictator proletariat dan terwujudlah masyarakat tanpa
kelas dimana alat-alat produksi menjadi milik masyarakat atau Negara
(sintesis).[5]
Adapun Marxisme disebut materialism
historis, karna menurut teorinya bahwa arah yang ditempuh sejarah sepenuhnya
ditentukan oleh sarana-sarana produksi yang materil. Disinai Marx berkeyakinan
bahwa seluruh sejarah manusia akan menuju kesuatu keadaan ekonomis tertentu
yaitu komunisme, dimana milik pribadi akan diganti menjadi milik bersama dan barulah
kebahagiaan bangsa manusia akan tercapai. Dengan kata lain bahwa perjuangan
kelas yang dilakukan Marx secara muthlak untuk mencapai masyarakat komunis.
B. Teori kelas Karl Marx
Teori Kelas Marx adalah perpaduan
dari berbagai konsep sosial yang berhubungan dengan studi Marxisme. Hal ini
menegaskan bahwa posisi individu dalam hirarki kelas ditentukan oleh perannya
dalam proses produksi, dan berpendapat bahwa kesadaran politik dan ideologi
ditentukan oleh posisi kelas (Parkin).
Tentang istilah teori kelas,
sebenarnya Marx tidak memberikan sebuah perincian yang riil, akan tetapi ia
lebih kepada menyelaraskan konsep kelas social terhadap emansipasi manusia yang
individual. Bisa jadi Marx menganggap bahwa istilah itu mudah dipahami dan
jelas dengan melihat istilahnya. Pengertian yang sering dijadikan acuan dalam
mendefinisikan kelas social adalah definisi dari lenin. Lenin mendefinisi kelas
sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yag ditentukan oleh
posisi tertentu dalam proses produksi. Akan tetapi, Marx menguraikan
kelas-kelas tersebut yang bisa dianggap sebagai kelas yang sebenarnya apabila
kelas itu bukan hanya sebagai objektif merupakan golongan social dengan
kepentingannya sendiri, melainkan juga secara objektif menyadari dirinya sebagai
kelas, sebagai golongan khusus dalam masyarakat yang mempunyai
kepentingan-kepentingan spesifik dan mau memperjuangkannya. Kesadaran subjektif
tersebut akan tampak ketika kesenjangan antar kelas semakin besar, sehingga
hanya ada dua kelas yang saling berhadapan dan bermusuhan, yaitu kelas borjuis
dan proletar, setelah tersingkirnya kelas menengah yang tergusur masuk kelas
bawah tempat kaum buruh dan petani upah (proletar) berada.[6]
Pemikiran Marx tentang teori kelas
ini sebenarnya adalah adopsi dari pemikiran Hegel, atau setidaknya dipengaruhi
oleh Hegelianisme ketika berada di Berlin. Pada saat Marx duduk di bangku
kuliah, dia mempelajari tentang kemanusiaan serta filsafat dan
hukum-Hegelianisme yang sedang Berjaya kala itu. Salah satu pandangan Hegel
yang mempengaruhi Marx adalah konsep tentang bangsa/negara. Pandangan Marx
tentang kelas juga berasal dari serangkaian kepentingan pribadi yang berkaitan
dengan alienasi sosial dan perjuangan manusia, dimana pembentukan struktur
kelas berkaitan dengan kesadaran sejarah akut. Masalah Politik-ekonomi juga
memberikan kontribusi terhadap teori Marx ini, berpusat di sekitar konsep “asal
laba” di mana masyarakat dibagi menjadi tiga sub-kelompok, yaitu rente (para
tuan tanah), Kapitalis (pemilik modal), dan Pekerja (buruh).
C. Pandangan Marx Tentang Negara
Marxisme bukan merupakan suatu
filsafat baru (menurut Marx, filsafat hanya sibuk menginterpretasi sejarah dan
kenyataan), tetapi bermaksud menganti filsafat (dengan tujuan mengubah sejarah
dan kenyataan). Friedrich Engels dan Karl Marx pada Tahun 1847 mendeklarasikan
suatu “manifesto Komunis” di mana sistem kapitalisme dilawan tanpa kompromis. Kaum
tertindas, terutama proletariat (kaum buruh) harus diperdayakan, dan mereka
yang harus menjadi subjek sejarah secara revolusioner untuk mengubah sistem
masyarakat menjadi suatu masyarakat yang adil, tanpa kelas (classless society),
bahkan tanpa negara (sosialisme/komunisme). Kekayaan dan sarana-sarana
produksi harus dimiliki bukan oleh suatu minoritas / kelas atas secara pribadi,
tetapi oleh bangsa secara kolektif. Setiap individu disini memperoleh bagiannya
tidak lagi berdasarkan status sosialnya, kapitalnya atau jasanya, tetapi
berdasarkan kebutuhannya.
Pada awlnya, Marx menginginkan bahwa
suatu pemerintahan harus dijalankan oleh rakyat dan untuk rakyat, dan tidak
boleh dibiarkan berada ditangan birokrasi yang posisinya lebih tinggi dari
masyarakat. Namun ia segera meninggalkan pendirian ini dan mulai
berpendapat bahwa Negara dan birokrasinya tidaklah benar-benar berada
diatas masyarakat. Dalam masyarakat berkelas, Negara dalam pandangan Marx
adalah alat dari kelas yang berkuasa, kendati terkesan bahwa Negara sebagai
semacam penengah yang netral diantara berbagai kepentingan yang saling
bersaing.[7]
Pandangan Marx ini berasumsi dari masyarakat kapitalis yang mengfungsikan
Negara sebagai alat kelas pemilik modal.
Dalam krisis tertentu yang
diciptakan oleh masyarakat kapitalis, dimasa mendatang, situasinya akan semakin
parah sehingga kaum buruh akan mampu memenuhi kebutuhannya dengan cara
menghancurkan Negara kapitalis itu sendiri yang intinya akan mewujudkan
masyarakat tanpa kelas, dengan kata lain Negara kapitalis akan diganti dengan
Negara komunis.
D. Sosialisme dan Kritik Terhadap
Kapitalis
Sosialisme, secara sederhana adalah
sebuah sistem organisasi sosial dimana harta benda dan pemasukan/pendapatan
menjadi obyek dari kontrol sosial. Ini juga bisa dipahami sebagai sebuah
gerakan politik yang bertujuan menempatkan sistem dalam kehidupan praksis.
Kontrol sosial diatas memang dipahami secara luas dan berbagai kepentingan.
Marxisme-sebagai sebuah ideologi dan teori sosial ekonomi yang dikembangkan
oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Dan mereka memandang sosialisme sendiri
sebagai sebuah transisi perubahan dari kapitalisme menuju komunisme.
Marx yang merupakan tokoh terpenting
dalam sosialisme selalu menyerukan sebuah revolusi untuk menggulingkan
kapitalisme. Disinilah yang membedakan antara Marx dengan para pemikir sosialis
lainnya, kalau tokoh sosialis lain mengajarkan bagaimana memahami dunia atau
realita, maka Marx menawarkan sosialisme yang bersifat analisis ilmiah terhadap
perkembangan sejarah yang meniscayakan akan kehancuran kapitalisme menuju
sosialisme, dimana perubahan atau perkembangan sejarah tersebut berdasarkan
penelitian syarat-syarat objektif perkembangan masyarakat.[8]
Kelebihan Marx adalah bahwa ia
tiba-tiba menghasilkan perubahan kualitatif dalam sejarah pemikiran sosial Dia
menafsirkan sejarah, memahami dinamika, memprediksi masa depan, tetapi di
samping memperkirakan itu, ia menyatakan sebuah konsep revolusioner: dunia
seharusnya tidak hanya ditafsirkan, tapi harus diubah.
Mengenai kapitalisme, Marx memandang
bahwa kapitalisme telah mengakhiri ketidakadilan dan irrasionalitas feodal dan
telah menggantikannya dengan ketidakadilan dan irrasionalitasnya sendiri.
Kapitalisme telah mengembangkan
industry, yang mampu membangun komunisme dengan landasan industry industry itu
sendiri. Jadi, sosialisme telah mengambil agenda sejarah bukan berkat kaum
intelektual ataupun para buruh idealistik, namun berkat kapitalisme itu
sendiri. Disisni, Marx bukanlah orang pertama yang mengkritik kapitalisme,
namun dialah orang pertama yang melakukan itu tidak dari sudut pandang feodal
(seperti Burke), dan tidak juga dari sudut pandang utopian (seperti para
sosialis Perancis awal). Marx adalah orang pertama yang melahirkan filsafat
social yang dirancang untuk membuka kemungkinan bagi sosialisme untuk tampil
dalam perkembangan sejarah yang nyata.[9]
Klaim Marx bahwa sosialismenya
adalah sosialisme ilmiah, bahwa kehancuran kapitalisme dan terwujudnya
sosialisme bukan sekedar tujuan moral-politik para penentang kapitalisme,
melainkan merupakan hukum sejarah yang harus dibuktikan dengan memperlihatkan
bahwa kapitalisme, berdasarkan dinamika ekonomisnya dengan sendiri akan menuju
kehancura.[10]
Dengan kata lain, pandangan Marx tersebut merepresentasikan bahwa kehancuran
kapitalisme menuju sosialisme adalah suatu keniscayaan yang tak bisa dielakkan.
E. Marxisme dan Lahirnya Komunisme
Internasional
Marxisme merupakan sebuah aliran
yang berlandaskan pada pemikiran dan ajaran Karl Marx dalam konteks sosial,
politik, system ekonomi dan Negara. Konteks-konteks tersebut merupakan sebuah
perjalanan pemikiran Marx dalam mengemansipasi manusia. Dimasa itu, umat
manusia telah terpilah-pilah dimana sebahgian masyarakat menguasai sebahgian
lainnya, yaitu kaum kapitalis (borjuis) yang merasa dirinya sebagai raja telah
menindas saudara sebangsanya yang lemah (proletar). Disini Marx seolah-olah
merasa terpanggil untuk memihak kepada kaum proletar dan melakukan semacam
perlawanan terhadap system kapitalis-borjuis, sehingga memungkinkan sebuah
revolusi emansipasi manusia atau hidup dalam bermasyarakt tanpa ada perbedaan
dan pertentangan. Dan disinilah sosialisme mengambil perannya sebagi ganti dari
system kapitalis. Sosialisme yang digembor-gemborkan Marx terbentuk dari
Prancis dan Iggris. Kenapa demikian karna di dua Negara itulah industrialisasi
secara modern pertama kali terbentuk, sehingga memunculkan kaum buruh industry
yang dimanfaatkan.
Dengan demikian, lambat laun akan
memungkinkan lahirnya revolusi dari kalangan kaum buruh industry, dan ini
semakin nampak ketika Marx muncul dengan membawa segenap pemikiran yang
berhaluan sosialisme-komunisme yang kemudian ajaran-ajaran dan pemikiran Marx
dimaklumatkan dalam marxisme. Dengan kata lain bahwa marxisme berawal dari
tulisan-tulisan dan ajaran Karl Marx. Dalam arti luas, Marxisme berarti paham
yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Pandangan-pandangan ini
mencakup ajaran Marx mengenai materialisme dialektis dan materialisme historis
serta penerapannya dalam kehidupan sosial.
Ajaran sosialisme yang ditawar oleh
Marx sebenarnya akan mengarah kepada paham komunisme. Dengan ajaran
sosialismenya, Marx menghapus masyarakat kapitalis dengan
merekomandasikan masyarakat komunis. Langkah-langkah atau perjuangan yang
diambil Marx untuk menuju masyarakat komunis, sebagaimana yang termaktub dalam
Manifesto komunis[11]
antara lain adalah:
- Penghapusan pemilikan tanah dan pemberlakuan semua
pajak untuk kepentingan umum;
- Pajak pendapatan yang progresif dan dikelompokkan
menurut kelas-kelas;
- Penghapusan semua hak waris;
- Perampasan semua harta milik semua emigrant dan
pemborontak;
- Sentralisasi kredit ditangan negara melalui Bank
Nasional;
- Sentralisasi alat-alat komunikasi dan tranportasi
ditangan Negara;
- Perluasan pabrik-pabrik dan alat produksi yang dimilik
Negara: mengolah lahan tidur dan memperbaiki keadaan tanah menurut rencana
umum;
- Kewajiban bagi semua orang untuk bekerja dan
pembangunan sarana-sarana industry, khususnya untuk pertanian;
- Penggabungan pertanian dan industry, penghapusan secara
bertahap perbedaan antara kota dan desa melalui penyebaran penduduk yang
lebih seimbang kedesa; dan
- Pendidikan gratis bagi semua anak di sekolah-sekolah
umum dan penghapusan pekerja anak yang ada sekarang.
Reformasi sosial ala Karl Marx
tersebut kemudian menjadi bagian dari praktik demokrasi, seperti pajak
pendapatan yang dikelompokkan dan pendidikan umum yag diterapkan
dinegara-negara demokratis dengan cara yang damai.
Dengan demikian, sosialisme yang di
klaim sebagai sosialisme ilmiah hanyalah menjelaskan bagaimana proses menuju
terbentuknya sosialisme dan akhirnya menuju komunisme itu terjadi sebagai
analisis ilmiah terhadap hukum perkembangan masyarakat.[12]
Dalam perkembangan komunis
selanjutnya, yaitu komunis internasional, bahwa ajaran dan ideologinya sangat
dipengaruhi oleh Lenin dan menjadi bagian dari Marxisme-Leninisme, Leninisme
dengan demikian menjadi unsur kunci dalam ideologis Komunisme diseluruh dunia,
dan melalui Lenin pula Komunisme menjadi salah satu kekuatan politik abad ke-20
yang paling ditakuti.[13]
Sejarah revolusi yang dilancarkan
oleh kaum proletar terhadap kapitalis, tak bisa dimanipulasikan lagi bahwa
Marx-lah yang menjadi tokoh atau dalang utamanya, karna berkat pemikirannya,
kaum proletar telah menemukan arah terjangnya untuk menggulingkan kapitalisme.
Dan satu hal lagi yang perlu di ingat bahwa Marx memang memikirkan
langkah-langkah penghancuran kapitalisme dalam revolusi sosial akan tetapi
Lenin-lah yang mempersiapkan strategi dalam mewujudkan revolusi sosial itu.
Berkat Lenin pula, nama Marx dan Marxisme dikenal diseluruh dunia baik oleh
akademisi maupun politisi.
BAB
3
PENUTUP
A. Kesimpula
Marxisme merupakan suatu paham yang
mengikuti pandangan-pandangan Karl Marx. Karl Marx adalah seorang filsuf besar
berkebangsaan Prusia (sekarang Jerman). Ia merupakan salah seorang pakar dalam
bidang saejarah,filsafat, sosial-politik dan ekonomi. Semasa hayatnya, Marx
telah banyak menulis dan menghasilkan karangan-karangan yang spektakuler
separti “Manifesto Komunis” yang telah mampu mempengaruhi hampir sepertiga umat
manusia. Ia sangat terkenal atas analisisnya terhadap sejarah dan
social-politik terutama mengenai pertentangan kelas, disini namanya telah
mencuak bagaikan seorang pahlawan yang telah membawa perubahan bagi para kaum
tertindas (buruh).
Pemikiran Marx dan usahanya dalam
mengembalikan jati diri kaum buruh (proletar) dikenal dengan Marxisme. Marxisme
merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa
kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum
proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja dengan upah yang sangat
minim, sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak
kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dengan serba kekurangan.
Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya “kepemilikan pribadi”
dan “penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya”. Untuk
mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme harus
diganti dengan paham komunisme.
Dasar-dasar dari Marxisme itu
sendiri adalah pemberontakan dari kaum proletar dalam menuntut keadilan demi
persamaan, dan Karl Marx adalah juru kunci yang menjadi pahlawan bagi kaum
proletar. Marxisme dirintis pada pertengahan abad ke-19 oleh dua tokoh filsuf
Jerman yaitu Karl Marx dan Friedrich Engels. Marxisme mencakup teori ekonomi
Marxis, teori social dan politik. Ajaran marxisme ini telah mampu mempengaruhi
gerakan sosial-politik di seluruh dunia.
Mengambil gagasan bahwa perubahan
sosial terjadi karena perjuangan antara berbagai kelas-kelas dalam masyarakat
yang berada di bawah kontradiksi satu terhadap yang lain, para analisis Marxis
mengambil sebuah kesimpulan bahwa kapitalisme mengarah ke penindasan terhadap
kaum proletar dan hasilnya tak terelakkan menjadi revolusi proletar atau
revolusi sosial.
Marxisme memandang munculnya sistem
sosialis sebagai sebuah keniscayaan historis yang timbul dari kapitalisme yang
memungkinkan lahirnya sebuah revolusi sosial, dimana milik pribadi dalam sarana
produksi akan digantikan oleh operasi kepemilikan bersama.
Intinya, sosialisme akan memberi
jalan kepada panggung sejarah komunis, sebuah sistem tanpa kelas berdasarkan
kepemilikan umum dan gratis-akses dan kebebasan maksimal bagi setiap individu
untuk mengembangkan bakat dan kapasitas mereka sendiri. Dengan kata lain bahwa
system kapitalis tidak lagi menjadi milik sebahgian masyarakat melainkan oleh
Negara.
0 komentar:
Posting Komentar