Ketika
Revolusioner Menjadi Manja
Oleh: A. R. Ame’
Oleh: A. R. Ame’
Nampaknya gerakan semakin berlawanan dengan
cita-cita ketika apa yang di perbuat tak selaras dengan keinginan, apa guna
sebuah cita-cita akan perubahan besar ketika tak sedikitpun terlihat berusaha
untuk menggapai cita-cita itu, mungkin itu lah yang terlihat dari gerakan yang
terbilang masih menyusui ini.
Sebuah tanya akhirnya lahir dari benak
seseorang yang termasuk dalam gerakan itu, tanya ini harusnya di jawab dengan
tindakan tanpa celoteh yang bersifat apoligi semata. Apakah diskusi sekali dalam
seminggu yang memang sudah menjadi agenda rutin dan wajib bagi gerakan dan apakah
karena rapat dalam mengevaluasi gerakan akan membuat seorang yang telah lantang
mencap dirinya sebagai seorang “Revolusioner” menjadi jenuh kemudian. Ku pikir
itu bukanlah sebuah alasan akan kejenuhan itu.
Jenuh atau demor memang tak bisa nafikkan
akan kehadirannya dalam setiap diri seseorang. Tapi ketika hanya karena agenda
rutin sebuah gerakan yang menjadi alasan akan demornya jiwa Revolusioner itu. Berbicara
soal rutinitas organisasi, memang terkadang memberikan dampak positif maupun
negatif terhadap setiap individu di dalamnya. Tapi mengapa harus menghindar dan
bukan memperbaiki atau membicarakannya kembali ?. berarti semua itu bukanlah
kejenuhan tapi “kemalasan”.
Tulisan ini menjadi kritikanku kepada
kawan-kawan yang nampaknya semakin malas saja untuk kembali menopang perjuangan
meraih Sosialisme seperti yang kita dambakan. Sebuah revolusi bukanlah sesuatu
yang kita tunggu atau kita nantikan, tapi justru harus kita jemput. Terus bagaimana
kemudian kita harus menjemput Revolusi itu, jawabannya hanya satu, yaitu
kembali kejalan benar yaitu jalan yang penuh perjuangan akan Sosialisme, dan
bukan terpatung dalam kamar dengan alasan ini, itu, dan jenuh walau sebenarnya
hanya faktor “kemalasan”.
0 komentar:
Posting Komentar