Sebelum meletusnya Gerakan Mahasiswa Pada Tahun
1998, salah satu peristiwa yang dikenal sebagai Malapetaka Limabelas Januari
(MALARI) pada tahun 1973-74. Memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
gerakan mahasiswa dan rakyat saat itu, karena keadaan sebelum peristiwa
tersebut mengantarkan mahasiswa maupun rakyat geram terhadap penguasa yang tak
dapat meyalurkan amarahnya dalam gerakan politik yang terorganisir, sehingga
yang terjadi adalah kerusuhan. Akibat Keadaan tersebut Rezim Soeharto mengambil
tindakan untuk mengeluarkan Kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan
Koordinasi Kampus (NKK/BKK) dalam kehidupan Sosial dan Politik yang di
peruntuhkan pada Generasi Mahasiswa pada masa itu. Alasan yang dilontarkan oleh
rezim soeharto mengeluarkan kebijakan NKK/BKK yang disahkan pada tahun 1978, karena
kampus selama periode tersebut menjadi pusat mobilisasi mahasiswa dan pusat
kritik terhadap penguasa. Maka kebijakan NKK/BKK terus berpijak pada aturan
pemerintah sampai meletusnya Tragedi 1998 bahkan sampai saat ini yang telah
menguras tenaga para mahasiswa dan rakyat untuk melawan rezim Soeharto hingga lengsernya
rezim Soeharto setelah 32 tahun kepemimpinannya.
Namun gerakan yang dipandang telah berhasil
menggulingkan rezim yang menindas rakyat ini, tidak membuahkan hasil yang
signifikan terhadap gerakan mahasiswa maupun rakyat, dikarenakan lengsernya
Soeharto dari Jabatan Kursi Presiden hanya digantikan oleh wakilnya BJ. Habibie
yang juga pada dasarnya membawa kepentingan terselubung dengan orang-orang yang
berada pada Rezim Orba. Dilain sisi
Gerakan Mahasiswa tahun 1998 juga tidak mampu menghasilkan tokoh politik
nasional yang memberikan solusi tentang kesejahteraan rakyat sepenuhnya. Solusi
Sistem Reformasi yang diteriakkan mahasiswa pada saat itu juga tidak mampu
merubah tatanan sosial masyarakat ke ambang pintu kesejahteraan, karena Sistem
Reformasi dan penggerak dari Sistem ini juga masih diisi oleh Orang-orang dari Estate Orba. Pada tahun 1999 ada Amin
Rais, Megawati, Gusdur, sedangkan sampai sekarang hanya diisi oleh SBY, Jusuf
Kalla, dan Prabowo. Jokowi memang tidak termasuk Estate Orba, namun ia tak
terlahir dari proses gerakan dan tak memiliki gagasan besar tentang
ke-Indonesiaan. Jelas bahwa semenjak diberlakukannya kebijakan NKK/BKK pada
tahun 1978 telah memberikan dampak pada Gerakan Mahasiswa sampai saat ini,
karena kebijakan NKK/BKK telah menjauhkan pemikiran maupun tindakan mahasiswa
dalam menyikapi kondisi sosial-Politik yang sedang terjadi sampai saat ini.
Adapun beberapa dampak yang dihasilkan kebijakan NKK/BKK
sampai saat ini masih terlihat di lembaga pendidikan khususnya Kampus, masih
banyak praktek-praktek yang menjauhkan pemikiran mahasiswa untuk menyikapi
kondisi sosial maupun pergulatan politik saat ini, dikarenakan mahasiswa
terkungkung dalam Regulasi Kampus masing-masing, dan di tambah lagi dengan
pergulatan antara Lembaga-Lembaga Kampus seperti BEM, HMJ, dan UKM. yang dimana
mahasiswa yang berada pada lingkaran lembaga kampus tersebut hanya bisa
memamerkan arogansi lembaga masing-masing contohnya bersaing membuat kegiatan
seminar, bazar, Pengkaderan dan lain-lain untuk memperlihatkan eksistensi dalam
lembaganya yang tidak menghasilkan solusi terhadap masalah atau dilema yang
dialami mahasiswa dan rakyat saat ini.
Pertanyaan mendasar soal eksklusifnya gerakan
mahasiswa terhadap kondisi sosial saat ini adalah apakah dengan mahasiswa
meleburkan dirinya kedalam gerakan rakyat, buruh, tani, kaum miskin kota, dan
kaum tertindas lainnya mampu memberikan solusi atas masalah sosial hari ini ?
atau sebaliknya gerakan mahasiswa harus kembali ke kampus untuk mengorganisir
sesamanya untuk membangun kesadaran berlawannya dan menyatukan gerakannya.
kita dapat menarik kesimpulan bahwa dua
pertanyaan diatas dapat kita jawab dengan melihat keadaan gerakan mahasiswa
saat ini. Dengan meleburnya gerakan mahasiswa dan rakyat untuk menyatukan
gerakannya melawan sistem sosial-politik yang tidak berpihak pada mahasiswa dan
rakyat saat ini musti melalui kesadaran mahasiswa dan rakyat itu sendiri.
Dengan kesadaran berlawan mahasiswa sebagai kaum intelektual yang mempunyai
waktu luang untuk memikirkan problem-problem yang terjadi dalam tatanan sosial-politik
saat ini dan dilain sisi juga untuk mereposisi peran mahasiswa sebagai pelopor
bagi rakyat yang seharusnya dengan
praktek-praktek gerakan mahasiswa itu sendiri. karena notabenenya kaum
intelektual yang mempunyai waktu luang untuk meleburkan dirinya di kampus untuk
mengorganisir sesamanya dan juga membangun kesadaran berlawannya kemudian harus
mampu menyikapi maupun mengawal perlawanan-perlawanan rakyat saat ini hingga
penyatuan gerakannya bersama rakyat. Dan pada akhirnya rakyat tidak lagi
berlawan dengan faktor ajakan tetapi, dengan kesadaran berlawan atas kondisi
yang mereka alami. Maka dengan lahirnya kesadaran ini gerakan mahasiswa tidak
ragu lagi atas keadaan yang mereka alami dan melakukan penyadaran dan
pengorganisiran massa. Disamping itu tidak seharusnya mahasiswa saat ini
melilitkan dirinya dalam lingkaran yang terpisah tetapi, harus menyatukan
prespektif dan gerakan yang nyata dalam menyikapi kondisi sosial-politik saat
ini.
(Ditulis Oleh Fikri Merah, Anggota Gerakan
Perjuangan Mahasiswa Demokratik-Sentra gerakan mahasiswa Kerakyatan GPMD-SGMK
Parepare)
Belajar Selagi muda, Berjuang Selagi Bisa!!!
0 komentar:
Posting Komentar