photo hhhhhhhhiii_zps9dd37855.jpeg" />  photo hhdrhhdhdrhdh_zps2794a59b.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />
Home » , » Sinopsis Buku : Feminisme dan Sosialisme

Sinopsis Buku : Feminisme dan Sosialisme

Sumber : Google Image
Feminisme dan Sosialisme: Dokumen Partai Sosialis Demokratik (DSP Australia)

Media massa semakin mengobarkan akhir dari feminisme sebagai upaya untuk memukul

mundur hak perempuan yang telah dicapai dalam 25 tahun terakhir. Serangan terhadap hak

perempuan untuk mengontrol fertilitas dan tubuhnya, upah yang tidak setara, kekerasan

dalam rumah tangga dan kekerasan seksual, kurangnya akses terhadap pekerjaan layak dan

praktek diskriminasi yang terus-menerus, semuanya ini merupakan bagian dari serangan

balasan terhadap gerakan perempuan.

Feminisme sendiri juga terfragmentasi tentang bagaimana bergerak maju – apakah melawan

dan membela diri dari serangan ini atau, yang paling buruk, membiarkan capaian minoritas

perempuan yang memiliki hak istimewa tetap dipertahankan dengan mengorbankan massa

besar perempuan lainnya.

Sebagian feminis berjalan bersama dengan kaum sayap-kanan moralis yang mengadvokasi

peranan perempuan tradisional sebagai istri dan ibu rumah tangga dengan menuntut lebih

banyak sensor terhadap pornografi dan penindasan terhadap teknologi reproduktif “yang

dikontrol laki-laki.”

Yang lain memilih, bukan untuk gerakan perempuan demokratik yang bertujuan untuk

merubah masyarakat secara kolektif, namun memilih feminisme yang berdasarkan hak

individual, pencapaian individual dan solusi individual. Membuat lebih banyak perempuan

masuk kedalam posisi “pembuat keputusan” di pemerintahan dan jajaran birokrasi, menurut

mereka adalah cara satu-satunya untuk mencapai kesetaraan gender.

Penolakan terhadap perjuangan kolektif, organisasi dan berkampanye ini dibawa satu langkah

lebih jauh lagi oleh apa yang disebut sebagai feminisme “gelombang ketiga”, feminisme “do-

it yourself-lakukan sendiri”, yang sangat dipengaruhi oleh postmodernisme dan

menggantikan semua pengalaman umum, perasaan solidaritas dan aksi bersama di antara

perempuan dengan relativisme dan individualisme absolut.

Buku ini menyuarakan strategi yang sangat berbeda. Buku ini menilai keadaan hak

perempuan dan feminisme di seluruh dunia hari ini – di negeri-negeri Barat yang

terindustrialisasi, Dunia Ketiga dan bekas blok Uni Soviet, serta Kuba dan Amerika Latin –

dengan menjelaskan penindasan perempuan dari perspektif Marxisme.

Sebagai sebuah resolusi Democratic Socialist Party-Partai Sosialis Demokratik (DSP), buku

ini mengambil pengalaman kaya aktivisme DSP di dalam gerakan perempuan sejak

pendiriannya di Australia pada awal tahun 1970an. Buku ini menggambarkan sebuah strategi

untuk melindungi capaian-capaian yang telah diperjuangkan dan meluaskan perjuangan untuk

membangun sebuah gerakan perempuan yang inklusif – yang bisa memenangkan

pembebasan untuk semua kaum perempuan.

2. Mana Tradisi Marxis Sejati: John Molyneux

Ini bukan sekadar bahwa orang yang mengaku Marxis memiliki pendapat berbeda mengenai

masalah-masalah tertentu (misalnya tentang kecenderungan turunnya laju profit, atau karakter

kelas Uni Soviet): yang wajar dalam setiap gerakan demokratik yang hidup. Persoalannya

yaitu bahwa kaum “Marxis” sering saling memenjarakan, memerangi serta membunuh, dan

yang lebih mendasar adalah, bahwa dalam semua konflik sosial penting di masa ini, ada

banyak dari mereka yang mengklaim diri sebagai “Marxis” mengambil sikap yang

bertentangan dengan barikade revolusioner. Misalnya antara Lenin dan Plekhanov [seorang

tokoh sosial-demokrat] di Rusia tahun 1917, Kautsky dan Luxemburg di tahun 1919, Partai

Komunis dan Partai Revolusioner POUM di Spanyol di masa pemberontakan di Barcelona

tahun 1936; dan di Eropa Timur (Hongaria tahun 1956 dan Polandia di tahun 1981) masa

ambruknya blok Soviet. Kontradiksi inilah yang mendorong kita untuk melontarkan

pertanyaan tentang apa yang sebenarnya disebut sebagai Marxisme.

Feminisme dan Sosialisme, harga Rp 25.000,- diskon 40% menjadi Rp 15.000,-

Mana Tradisi Marxis Sejati? harga Rp 20.000,- diskon 40% menjadi Rp 12.000,-

Berlaku hingga Kamis 26 Desember 2015.

Untuk pemesanan hubungi Bintang Nusantara.

0 komentar:

Posting Komentar

Download Buletin

Populer Post

 
Hak Cipta : Komite Pusat - Gerakan Perjuangan Mahasiswa Demokratik SGMK Kota Parepare | ' | AR. Ame' FB
Copyright © 2013. Gerakan Perjuangan Mahasiswa Demokratik Parepare - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by RED LEFT