photo hhhhhhhhiii_zps9dd37855.jpeg" />  photo hhdrhhdhdrhdh_zps2794a59b.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />  photo 565465645565_zps62adc85f.jpeg" />
Home » » MEMANDANG GERAKAN MAHASISWA SAAT INI

MEMANDANG GERAKAN MAHASISWA SAAT INI

MEMANDANG GERAKAN MAHASISWA SAAT INI 
Abdul Rahman/Ame' (Gerakan Perjuangan Mahasiswa Demokratik Parepare)
 

Kaum intelektual dan agent of change itulah yang selalu di dengungkan kepada kaum muda atau mahasiswa. Memandang situasi gerakan mahasiswa (dalam hal ini konteks Indonesia) adalah suatu keharusan bagi kita yang notabenenya adalah bagian atau termasuk sebagai kaum muda yang intelek. Berbicara soal gerakan mahasiswa saat ini pastinya tidak bisa terlepas dari sejarah mahasiswa dan gerakan mahasiswa itu sendiri, namun sebelumnya kita mesti memahami apa itu gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa bisa di katakan kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. Namun itu bukan hanya sekedar meningkatkan intelektualitas dan kecakapan semata, ada tujuan penting dari gerakan mahasiswa itu sendiri yaitu pembebasan rakyat dari tirani.
Coba kita flashback atau membuka kembali lembaran-lembaran sejarah tentang gerakan mahasiswa khusunya Indonesia. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, Gerakan Boedi Oetomo (1908) salah satu bukti betapa berpengaruhnya mahasiswa ini dalam hal perkembangan bangsa. Kita tau bahwa Gerakan ini didirikan oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya. Gerakan ini sangat memberikan pengaruh besar di Indonesia dimana kita ketahui melahirkan pemuda-pemuda sampai sekarang masih sering kita dengar bahkan di sebut sebagai guru bangsa, seperti misalnya Soekarno, Hatta, Tan Malaka, dan Syahrir tentunya. bahkan sampai pada pasca kemerdekaan Indonesia 1945 pun gerakan mahasiswa (waktu itu masih di katakana pemuda) masih terbukti jelas masifnya gerakan mereka. Walau berbagai asumsi lahir sekarang ini tentang terkotak-kotakkannya juga gerakan mereka yang memang notabenenya gerakan pemuda ke daerahan atau seperti organda yang kita kenal saat ini. Namun itu jauh lebih baik jika di bandingkan dengan gerakan mahasiswa sekarang yang justru lebih terkotak-kotaknya lagi, pragmatis, elitis, dan eksklusif. Dan coba kita lihat juga prestasi yang di capai gerakan mahasiswa dan rakyat pada saat penggulingan rezim dan system Orde baru Soeharto. Walaupun lahir lagi sebuah asumsi yang menyatakan gerakan itu bukanlah murni gerakan atas nama Rakyat Indonesia yang tertindas atas Orba. Bahkan di katakan bahwa gerakan itu justru merupakan settingan dari pelaku penjajahan gaya baru Indonesia itu sendiri atau yang kita sebut Kapitalisme.
Jika kita melihat pemikiran dan perkembangan secara individual mahasiswa sekarang memang tidak bisa di nafikkan bahwa mereka memang pantas di daulat sebagai Agent Of change atau Social Control. Namun kambali lagi bahwa bukan hanya konsep atau teori yang kita butuhkan sekarang ini tapi justru lebih kepada implementasinya. Ada pernyataan yang mengatakan bahwa 1 ons gerakan/implementasi lebih berharga di bandingkan 100 kg konseptor. Dan itu yang benar-benar terjadi di Indonesia saat ini, Indonesia bisa di bilang gudang para konseptor karna memang pemikiran-pemikiran dan pembacaan situasi atau geopolitiknya yang tajam dan jelas tapi semua itu tidaklah berguna jika tidak ada gerakan nyata yang harus di lakukan mahasiswa sekarang ini.

Berbagai Macam Krakteristik Mahasiswa Saat ini

            Memang jelas jika di katakan berbagai macam krakteristik mahasiswa, karena memang mahasiswa sekarang ini sepertihalnya barang dagangan. Ada yang berkualitas, sedang, bahkan tidak berkualitas sama sekali. Penyakit apatis dan hedon mungkin yang sangat urgen di miliki mahasiswa sekarang ini. sudah banyaknya mahasiswa yang tidak tahu posisinya dan tidak mampu membaca kondisi Indonesia saat ini yang sebenarnya telah mengalami penjajahan gaya baru. Banyak hal memang yang mempengaruhi ke apatisan dan hedonisme yang menggrogoti mahasiswa bahkan anggapan buruknya tentang organisasi.
            Disini saya lebih menekankan mahasiswa untuk berorganisasi, dimana kita sendiri mengetahui bahwa posisi dan kondisi yang saya maksud tadi akan tercipta dan lahir kebenyakan karena dukungan organisasi atau orang yang berorganisasi. Namun nyatanya ketakutan akan organisasi bahkan anti organisasi kini di alami oleh sebahagian besar mahasiswa saat ini. contoh yang mempengaruhinya adalah doktrin-doktrin regulasi kampus dan juga pandangan buruk dari orang tua. Namun sebenarnya yang lebih fatal adalah dari aktivis organisasi itu sendiri, karena nyatanya justru para organisatorislah yang memang seakan memperlihatkan keburukan-keburukannya otomatis paradigma buruk terhadap mahasiswa yang berorganisasi jelas buruk pula di mata para orang tua dan mahasiswa yang tidak berorganisasi. Terus apa gagasan untuk permasalahan seperti ini ? jelas harus di jawab oleh para organisatoris tentunya.
Di masa orde baru, organisasi-organisasi mahasiswa dicekal dengan berbagai cara bahkan diskusi-diskusi forum mahasiswa juga sangat di haramkan karena di takutkan mahasiswa mulai terfokus pada permasalahan-permasalahan birokrasi pada waktu itu. Namun si penguasa jelas tidak tinggal diam jika mahasiswa semakin gencar dengan gerakannya yang sudah mulai sadar akan buruknya dan tertindasnya kita di zaman ordebaru. Maka di kampus-kampus pada waktu itu sudah mulai di masuki oleh pihak militer untuk malihat situasi dan kondisi mahasiswa dan juga menetapkan regulasi kampus yang pro terhadap pemerintahan Soeharto. Kemudian ada juga bentuk lain penggiringan mahasiswa itu untuk selalu terkungkung dalam kampus dengan pengawasan regulasi dan militer, yaitu pembentukan NKK/BKK (Normalisasi kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kampus. NKK/BKK seakan menjadi obat bagi mahasiswa yang kehausan organisasi atau aktivitas-aktivitas organisasi. NKK/BKK atau BEM dan HMJ yang kita kenal sekarang (yang notabenenya organisasi internal kampus) bertujuan untuk mengikat mahasiswa dan memberikan kesibukan-kesibukan yang hanya mengurusi persoalan kampus semata, sehingga keeksistensian organisasi eksternal kampus pun mulai hilang. Bahkan persoalan itu sampai sekarang masih banyak di alami oleh mahasiswa yang seakan sibuk dengan organ intra dan tak mau lagi menyentuh organ ekstra yang justru pembahasannya lebih terfokuskan atau berorentasikan kehidupan Sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
Memberikan penyadaran terhadap posisi yang semestinya di ketahui atau disadari oleh mahasiswa sekarang ini, dan tulisan ini adalah salah satu dari cara penyadaran yang saya lakukan. Saya sangat berharap kesadaran akan lahir di jiwa mahasiswa yang apatis, hedonis, anti organisasi, bahkan yang berorganisasipun yang belum menyadari semuanya.

Gerakan Mahasiswa Yang Pragmatis dan Eksklusif

            Gerakan mahasiswa kini mungkin gencar kita lihat di media-media dan lingkungan kita sendiri. Entah itu bersifat aktivitas internal bahkan sampai pada gerakan yang turun ke jalan. Mahasiswa di identic dengan Demonstrasi entah itu aksi damai ataupun yang bersifat frontal atau barbar. Semua itu pastinya kembali lagi pada internal organisasi atau mahasiswa itu sendiri. Tapi jujur terkadang pula semua itu karena adanya pihak-pihak yang kontra terhadap gerakan mahasiswa atau demonstrasi contohnya pihak media, yang dimana kita ketahui bahwa media-media sekarang adalah milik pengusaha yang sudah termasuk pula dalam ruang lingkup elit politik. Seperti MNC Group (Hari Tanoe), Metro TV (Surya Palo), TV One (Abu Rizal Bakrie) dll. Mengapa saya mengatakan bahwa terkadang media yang seakan memprovokasi dan menimbulkan pandangan buruk terhadap aksi demonstrasi mahasiswa yang di identic dengan kekerasan. Seperti halnya aksi-aksi yang sering terjadi di Makassar yang sering kita lihat bentrok dengan polisi atau masyarakat tetapi sebenarnya yang terjadi mahasiswa bentrok dengan preman sewaan polisi yang berpura-pura sebagai warga setempat dan di media-media di beritakan bahwa mahasiswa bentrok dengan masyarakat, sehingga pandangan buruk terhadap mahasiswa semakin terbentuk dalam benak dan pikiran masyarakat atau orang tua kita.
              Kembali lagi kita memfokuskan tentang wacana gerakan mahasiswa saat ini yang tak lagi massif tetapi justru pragmatis dan eksklusif. Jika kita melihat dari factor keilmuan atau kapasitas intektual mahasiswa sekarang, justru sangat meyakinkan bahwa mahasiswa memang adalah Agent Of Change. Tapi mengapa demikian gerakan mahasiswa kini masih saja stagnan dalam geraknya. Banyaknya macam organisasi mahasiswa yang kini eksis di berbagai kampus membuat gerakan ini tak mampu lagi menunjukkan tujuan ulung sebagai mahasiswa penyambung lidah rakyat. Memang turun ke jalan adalah salah satu bentuk implementasi dari kesadaran atau bentuk menuju perubahan, tapi apakah setelah itu nasib rakyat Indonesia akan berubah ? jelas belum ! karena kenapa, kembali lagi mereka hanya sekedar tau bahwa sekarang Indonesia telah di jajah (kapitalisme) tanpa ada kesadaran yang timbul dari hati dan tidak mampunya mahasiswa membuat strategi-strategi politik serta perubahan nyata atau implementasi dari konsep matang atau bahkan sudah basi karena terlalu lama tersimpan di kepala para mahasiswa ini, makanya tidak heran jika di katakan mahasiswa kini hanya beronani dengan pikirannya sendiri.
            Gejala-gejala social yang kini sudah semakin terlihat dan gerak-gerik sang penjajah kini sudah mulai di dengar dan di lihat tapi seakan tidak ada yang berani untuk melakukan perlawanan terhadap mereka. Kini mahasiswa hanya sibuk bergelut dalam ruang lingkup internalnya masing-masing, terperangkap dalam tempurung dengan menjalankan aktifitas yang kadang tidak produktif  bahkan ada yang membuat kesibukan kompetisi sesama kawan sendiri yang semestinya dijalani dengan program bersama, sehingga suatu keniscayaan jika gerakan mahasiswa sebagai insan intelektual terkungkung dalam keterpurukan. Dan kemudian karena banyaknya bentuk dan pemikiran organisasi ini sehingga menghasilkan mahasiswa-mahasiswa yang arogansi organisasinya tinggi bahkan bersifat egois dan fundamental. Lain halnya permasalahan para kaum muda lain pula halnya permasalahan atau pergolakan di ruang lingkup si kaum borjuasi dan slingkuhannya pemodal asing. Dimana kita ketahui bahwa Indonesia yang merupakan anggota dari WTO (world trade organization) semakin terpuruk, semakin dimiskinkan itu semua dikarenakan kepentingan-kepentingan serakah dari pemerintah atau penguasa di Indonesia sendiri. Berbagai macam asumsipun lahir atau prediksi-prediksi bahwa di tahun 2015 neoliberalisme real akan menjadi system pasar di Indonesia. Walau sebenarnya neoliberalisme sudah lama menghantui produksi ekonomi local Indonesia. Contohnya berbagai macam usaha-usaha luar yang dengan bebas berdiri di berbagai daerah di Indonesia yang jelas semua itu akan mematikan lokalitas ekonomi di Indonesia tentunya. walau sebenarnya di setiap daerah ada regulasi atau peraturan daerah yang mengaturnya, namun semua itu tak mampu menahan keseimbangan antara pelaku usaha asing dan local di setiap daerah di Indonesia. Pemerintah memang sudah tak mampu lagi berbuat apa-apa, bisa di bilang kita hanya menunggu Indonesia di miliki oleh Negara-negara adikuasa seperti USA. Jika seperti itu kita mesti harus kembali membangunkan harimau-harimau forum agar mulai keluar dari sarangnya dan mulai melakukan gerakan nyata bukan hanya bisanya obral teori semata. perlawanan terhadap system kapitalisme mungkin sudah banyak di rancang oleh berbagai organisasi mahasiswa atau elemen-elemen masyarakat tertindas. Namun karena tidak menyatunya gerakan atau terkoktak-kotakkannya gerakan sehingga tidak sampai pada hasil yang di inginkan. Semua itu bukan hanya arogansi organisasi yang dimiliki sebahagian besar para aktivis pro rakyat tapi juga keegoisan dari mereka sendiri dan anggapan mereka atau yang menganggap bahwa mahasiswalah satu-satunya yang mampu merubah Indonesia saat ini. sehingga menganggap bahwa masyarakat yang awam (buruh, petani, dan miskin kota) harusnya hanya tinggal diam dan menunggu nasibnya di rubah. Padahal kalau kita melihat justru gerakan merekalah yang massif saat ini karena memang mereka sudah terserikatkan dan semua itu karena kesadaran mereka yang timbul karena memang merekalah yang lebih merasakan penindasan itu. Andai jika gerakan persatuan mahasiswa dan elemen rakyat tertindas lainnya menyatu untuk melakukan perlawanan, mungkin kita atau Indonesia akan menuai harapan yang indah yaitu kesejahteraan.

Mahasiswa Saatnya Keluar Dari Sarangnya (Kampus)
            Gerakan mahasiswa tak mampu lagi memperlihatkan kemassifannya di karenakan berbagai macam persoalan seperti yang saya katakan di penjelasan sebelumnya. Kunci satu-satunya untuk melakukan pembebasan rakyat dari tirani adalah gerakan berbagai pihak dan elemen masyarakat yang menyatu dalam satu gerakan nyata dengan satu tujuan yaitu perlawanan terhadap kapitalisme dan memperoleh kesejahteraan sebagai imbalan dari perlawanannya. Tapi jika melihat organisasi-organisasi saat ini yang masih sibuk dengan internalnya dan maunya bergerak sendiri tanpa adanya konsolidasi jelas tidak akan menuai hasil yang maksimal atau sesuai dengan harapan Indonesia tentunya. maka perlu kiranya mahasiswa sekarang ini keluar dari dalam kampus dalam artian mulai terbuka dengan organisasi lainnya atau elemen-elemen masyarakat lainnya dan membangun pandangan atas musuh bersama yaitu kapitalisme. Mungkin kita semua tahu bahwa segala sesuatu atau hampir semua sector di Indonesia kini telah di kapitalisasi bahkan pedesaan yang notabennya pertahanan terakhir sudah mulai di rebut oleh pihak kapitalis, maka perlu kiranya mahasiswa yang mempunyai waktu luang mulai meninggalkan paradigma Agent Of Change (yang sebenarnya buatan rezim orba) dan tak lagi menyombongkan diri sebagai satu-satunya agent atau yang mampu malakukan perubahan. Mahasiswa harusnya mulai turun melakukan advokasi terhadap masyarakat dan melakukan penyebarluasan kesadaran terhadap rakyat tentang system hari ini yang kontra terhadap kesejahteraan rakyat. Dan kemudian membangun gerakan nyata bersama semua elemen masyarakat karna memang mahasiswa adalah kaum pelopor bagi agent of change yaitu masyarakat. Masyarakatlah yang sebenarnya agent of change, karena merekalah orang-orang yang telah memiliki kelas dan bersentuhan langsung dengan proses kerja kapitalis dan mereka jugalah yang merasakan penindasannya. Mahasiswa yang sebagai pelopor bagi masyarakat karena dialah yang mempunyai waktu luang untuk memikirkan, merancang semua tapi pelaku atau subyek perubahan itu adalah rakyat sendiri tentunya.
            Saya sangat berharap mahasiswa mulai sadar akan posisi dan kondisi negrinya saat ini yang di ambang kehancuran. Saatnya membuang semua gengsi, arogansi organisasi, dan keegoisan sehingga dapat menyatukan sentakan dan teriakan menuju cita-cita ulung semua masyarakat yang sadar dan masyarakat yang rindu akan kesejahteraan. Perbedaan mamang jelas dan akan selalu ada, bahkan perbedaanlah yang akan mempersatukan kita untuk mencapai mimpi-mimpi indah kita bersama. Jangan sekali-kali mengharapkan persatuan jika perbedaan engkau larang bahkan haramkan !


Tunduk Tertindas Atau Bangkit Melawan
Salam Pelopor !!!

0 komentar:

Posting Komentar

Download Buletin

Populer Post

 
Hak Cipta : Komite Pusat - Gerakan Perjuangan Mahasiswa Demokratik SGMK Kota Parepare | ' | AR. Ame' FB
Copyright © 2013. Gerakan Perjuangan Mahasiswa Demokratik Parepare - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by RED LEFT