Makassar (12/8) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian melakukan
groundbreaking proyek Kereta Api Trans Sulawesi di Kabupaten Barru,
Sulawesi Selatan. Hadir dalam acara tersebut Menteri Perhubungan, EE
Mangindaan dan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo.
Proyek ini merupakan jalan Kereta Api (KA) Trans Sulawesi tahap I
(Makassar-Parepare) sepanjang 143 Km yang juga merupakan bagian awal
dari pengembangan perkeretaapian Trans Sulawesi yang ditargetkan
sepanjang 2.000 km dari Makassar ke Manado. Dengan adanya groundbreaking
ini, Menko Perekonomian berharap seluruh Pulau Sulawesi akan terkoneksi
dengan kereta api sehingga akan terhubung dengan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi baru di Pulau Sulawesi.
Pembangunan Kereta Api Trans Sulawesi Tahap I akan dimulai dengan rute
Makassar - Parepare yang dilengkapi 23 stasiun. Pembangunan Jalan KA
Makassar - Parepare akan menghubungkan 2 pelabuhan utama di Sulawesi
Selatan, yaitu Pelabuhan Makassar (Pelabuhan hub regional penghubung
Indonesia Barat dan Timur) dan Pelabuhan Parepare (Pelabuhan utama
penghubung Sulawesi ke Kalimantan) sehingga dipastikan akan mengurangi
biaya logistik angkutan barang dari kedua pelabuhan tersebut.
Hingga saat ini, lahan yang telah dibebaskan untuk Jalan KA
Makassar-Parepare sudah sepanjang 30 Km di Kabupaten Barru oleh APBD
Sulawesi Selatan dan pada 2015 pemerintah telah mengalokasikan APBN
sebesar Rp 261 Milyar untuk pembangunan badan jalur KA tersebut. Total
estimasi biaya pembangunan Kereta Api Lintas Makassar - Parepare sendiri
diperkirakan sebesar Rp 9.65 Triliun.
Menurut Menko
Perekonomian, pada Koridor Ekonomi (KE) Sulawesi, Indonesia mengandalkan
5 komponen logistik yang strategis. Pertama, Pelabuhan Bitung sebagai
gateaway dan hubungan internasional di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Kedua, KE Sulawesi memposisikan Bandara Hasanudin sebagai Bandara
Hubungan Internasional di Kawasan Timur Indonesia. Ketiga, jalur
transportasi darat Palu-Parigi yg akan dibangun. Keempat, jalan tol
Manado - Bitung. Kelima, Proyek KA Trans Sulawesi.
Menko Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan, perwujudan proyek jalur
Kereta Api (KA) Makassar - Parepare sebagai bagian dari jalur KA Trans
Sulawesi akan memperkuat posisi strategis Koridor Ekonomi (KE) Sulawesi
sebagai magnit pertumbuhan intra-koridor maupun inter-koridor Indonesia.
Menurut Chairul, pada KE Sulawesi ini, Indonesia mengandalkan setidaknya lima komponen logistik yang strategis. "Pertama, Pelabuhan Bitung sebagai gateway dan hub internasional di Kawasan Timur Indonesia (KTI),"katanya, Selasa, (12/8).
Kedua, ujar Chairul, koridor ini juga memposisikan Bandara Hasanuddin sebagai bandara internasional di KTI. Ketiga, jalur transportasi “leher angsa” darat Palu-Parigi yang akan dibangun sesegera mungkin.
Keempat, kata Chairul, Jalan Tol Manado-Bitung. Sedangkan kelima, proyek Kereta Api Trans Sulawesi yang langkah pembangunannya dimulai hari ini, dari Makassar ke Parepare.
“Intinya, jika lima komponen ini tidak digarap serius, maka Indonesia akan kehilangan momentum dalam mengangkat daya saing nasional ke tingkat internasional. Selain itu, kita juga harus mempersiapkan secara serius sumber daya manusia yang menguasai teknologi dan memiliki inovasi tinggi,"ujar Chairul.
Dengan demikian, lanjut Chairul, semua koridor ekonomi mampu menjadi modal konektifitas geo-strategis dan geo-ekonomi Indonesia ke pasar dunia. Jadi Indonesia tidak lagi menjadi penonton di negeri sendiri.
Sementara itu, Sekretaris Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) Luky Eko Wuryanto menjelaskan, pembangunan jalan Kereta Api Makassar–Parepare itu menghubungkan dua pelabuhan utama di Sulawesi Selatan. Yaitu pelabuhan Parepare penghubung Sulawesi ke Kalimantan dan Pelabuhan Makassar penghubung Indonesia Barat dan Timur.
Kereta api ini, ujar Luky, akan mengurangi biaya logistik angkutan barang dari kedua pelabuhan tersebut.“Hingga saat ini, lahan yang dibebaskan dan sudah clear and clean untuk lintas Makassar–Parepare sepanjang 34 km di Kabupaten Barru," ujarnya.
Menurut Chairul, pada KE Sulawesi ini, Indonesia mengandalkan setidaknya lima komponen logistik yang strategis. "Pertama, Pelabuhan Bitung sebagai gateway dan hub internasional di Kawasan Timur Indonesia (KTI),"katanya, Selasa, (12/8).
Kedua, ujar Chairul, koridor ini juga memposisikan Bandara Hasanuddin sebagai bandara internasional di KTI. Ketiga, jalur transportasi “leher angsa” darat Palu-Parigi yang akan dibangun sesegera mungkin.
Keempat, kata Chairul, Jalan Tol Manado-Bitung. Sedangkan kelima, proyek Kereta Api Trans Sulawesi yang langkah pembangunannya dimulai hari ini, dari Makassar ke Parepare.
“Intinya, jika lima komponen ini tidak digarap serius, maka Indonesia akan kehilangan momentum dalam mengangkat daya saing nasional ke tingkat internasional. Selain itu, kita juga harus mempersiapkan secara serius sumber daya manusia yang menguasai teknologi dan memiliki inovasi tinggi,"ujar Chairul.
Dengan demikian, lanjut Chairul, semua koridor ekonomi mampu menjadi modal konektifitas geo-strategis dan geo-ekonomi Indonesia ke pasar dunia. Jadi Indonesia tidak lagi menjadi penonton di negeri sendiri.
Sementara itu, Sekretaris Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) Luky Eko Wuryanto menjelaskan, pembangunan jalan Kereta Api Makassar–Parepare itu menghubungkan dua pelabuhan utama di Sulawesi Selatan. Yaitu pelabuhan Parepare penghubung Sulawesi ke Kalimantan dan Pelabuhan Makassar penghubung Indonesia Barat dan Timur.
Kereta api ini, ujar Luky, akan mengurangi biaya logistik angkutan barang dari kedua pelabuhan tersebut.“Hingga saat ini, lahan yang dibebaskan dan sudah clear and clean untuk lintas Makassar–Parepare sepanjang 34 km di Kabupaten Barru," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar