Surat Lusuh Untuk Kaum Muda
Karya : Abdul Rahman/Ame’ GPMD
Kepada Kaum Muda Yang Agung.
Dari Ame’ dan Keluarga.
Salam Pelopor !!!
Mendung
kini menyelimuti kota Parepare. Di samping komputer tempo doeloe dan di
bawah sinar lampu yang sesekali padam karena sudah tak mampu lagi
menemaniku di kala berkelana dengan pena. Namun kesetiaannya akan selalu
ku kenang dan ketika Ia padam untuk selamanya, ku akan mencoba
menuangkan ceritaku bersamanya dalam tulisan-tulisan seperti tulisan ku
terdahulu. dan mungkin sepucuk surat lusuh untuk kaum muda ini adalah
tulisan terakhir dimana sinarnya masih bisa ku nikmati.
Saat
menulis surat ini, sering kali ku menutup pena untuk sejenak berfikir
apa yang akan kusampaikan padamu si kaum muda. Ku masih bertanya-tanya
siapakah kaum muda itu ? siapa kalian ? siapa kalian yang seakan di
daulat sebagai Agen Perubahan, dikatakan sebagai kaum yang mampu
mengontrol kehidupan social, Kaum yang selalu di agung-agungkan. Tapi ku
heran mengapa disaat kalian di puja puji, terkadang pula kalian di
caci, di abaikan, di katakan perusak, di benci, di musuhi bahkan untuk
di lenyapkan. Tapi ku yakin kalian bukanlah sosok misterius, kalian
bukanlah sosok kaum yang seharusnya di lenyapkan. Oh iya, di dalam surat
ini, aku juga ingin menyampaikan tapi mungkin lebih tepatnya
mengingatkan kembali bahwa sekarang negeri kita, masyarakat kita, orang
tua kita, kini telah di perlakukan seperti seorang budak di rumah
sendiri. Kita bagaikan tuan rumah yang di jadikan budak oleh tamunya di
rumah sendiri, dan sebenarnya kita pun Juga merasakan hal itu. Tapi
masalahnya apakah kita merasa di perbudaknya ? Tentang perbudakan di
negeri sendiri Mungkin kalian sudah tahu atau justru lebih tahu. Kalian
pernah dengar tidak sesorang yang mengatakan bahwa jika ingin menguasai
dunia kuasailah Indonesia terlebih dahulu. Perkataan itu juga mungkin
sudah tidak asing lagi di telinga kalian. Tapi pernah kah kalian
berfikir bahwa betapa kayanya negeri kita sehingga orang itu mengatakan
hal tersebut. Mungkin kalian juga sudah berfikir tentang itu sebelum aku
memikirkannya dan memberitahumu. Itulah hebatnya kalian.
Kemarin
malam aku duduk bertiga dengan mama dan adik kecilku di ruang tamu,
lebih tepatnya kami sedang menikmati hiburan dari televisi kecil yang
tergolong tua. Salah satu benda yang begitu mewah bagi kami. Kami
tinggal bertiga di sebuah rumah kecil peninggalan Ayah, tepatnya berada
di sudut kota yang begitu jauh dari kehidupan atau ramainya kota
Parepare Sulawesi Selatan. Namaku Ame’, Aku sendiri sudah duduk di
bangku kelas dua Sekolah Menengah Umum. Adik kecilku masih belajar di
sekolah dasar dan kesibukan mama sebagai buruh cuci dari
tetangga-tetangga yang menggunakan jasanya.
Maaf soal perkenalan
keluarga kecilku tadi, aku berfikir kalian akan bertanya-tanya bahwa
siapa penulis dan pengirim surat ini jika aku tidak memperkenalkan diri.
Sampai saat ini aku masih bingung untuk menetapkan isi atau inti dari
suratku ini, tapi kalian harus tahu bahwa surat ini bukanlah surat yang
bernada romantisme atau sesuatu yang bersifat ceremonial semata.
Saat
menonton bertiga dengan keluargaku, aku menyaksikan puluhan orang dari
kaummu yang melakukan aksi demonstran. Aku salut, kalian memang tidak
salah di nobatkan sebagai penyambung lidah rakyat. Tapi jujur, aku takut
salah dan menyesal telah mengatakan hal tersebut. Oh iya, aku mau
bertanya, benderah merah, kuning, hitam, biru, dan sebagainya dan baju
kuning, merah, biru, coklat dan sebagainya juga. Mengapa harus ada.
Bukankah kalian satu dalam kaum muda ? mengapa harus berwarna-warni,
mengapa harus terkotak-kotakkan. Aku juga sering mendengar perselisihan
yang terjadi antara kalian sesama kaum muda. Apa karena perbedaan warna
benderah dan baju tadi, tapi persoalan itu adalah persoalan kalian.
Tidak usah kita perdebatkan. Sebelum meninggalkan topic perbedaan
kalian, bagaimana jika perbedaan kalian, warna-warninya kalian
berpegangan dalam satu gerakan, Satu tujuan. walau perselisihan kalian
terjadi hanya karena perbedaan idiologi. Jika kalian ingin bersatu,
kalian bisa mempertimbangkan saranku tadi. Bagiku tidak perlu untuk
menjadi satu, cukup kalian bersatu.
Maaf jika aku yang banyak
Tanya, yang jelas aku bukan wartawan. Aku hanyalah anak dari keluarga
kecil yang masih merasa di jajah dan belum merasakan kemerdekaan.
Penjajahan oleh system kapitalisme yang mungkin kalian lebih tau dan
mengerti akan istilah tersebut.
Kalian masih ingat tidak
ribuan kaum muda terdahulu yang atas nama rakyat turun kejalan
meneriakkan perlawanan terhadap rezim Soeharto dan berhasil
menggulingkan Soeharto dan orbanya di ganti dengan reformasi. Ku pikir
kita akan sejahtera setelah peristiwa itu, tapi ternyata tidak ! kita
masih saja di di perbudak di rumah sendiri. Apa benar itu murni gerakan
atas nama rakyat. Apa benar gerakan itu tidak di tunggangi oleh kelas
borjuasi, atau jangan sampai gerakan itu justru settingan dari kapitalis
juga. Tapi kalian lah yang lebih tau akan hal itu.
Setelah
melihat kaummu sekarang ini, agak sedikit sulit untuk merealisasikan
saranku tadi, bahkan hanya untuk mempertimbangkanpun juga mungkin tak
dapat. Aku merasa rindu melihat warna-warni benderah berpegangan dalam
satu barisan ketika melakukan aksi di jalanan, bagiku itu terlihat indah
dan mengagumkan. Tapi ku kembali lagi mengatakan, mungkin sulit untuk
itu. Tapi jangan sampai karena tujuan yang memang sudah berbeda di
karenakan adanya kepentingan dari warnanya kalian. Kasihan jika memang
sudah seperti itu.
Kembai lagi aku ingin bertanya siapa
sebenarnya kalian ? apakah kalian sadar dimana posisi kalian. Bukankah
kalian juga yang di daulat sebagai kaum terpelajar. Jangan sampai dengan
ilmu yang tinggi justru kalian gunakan untuk membohongi orang lain.
Seperti yang telah kita ketahui, negeri kita masih di jajah. Apa kalian
sadar akan penjajahan gaya baru ini. Mungkin kalian belum sadar, tapi
jangan sampai kalian sadar, namun tak mau bergerak untuk merubahnya atau
apatis terhadap semuanya. Tapi aku tetap pada prasangka ku bahwa kalian
itu orang-orang yang hebat.
Kalian tahu tidak apa itu kapitalisme
? jelas kalian pasti tau, aku yakin itu. Tapi apakah kalian juga tau
apa dampak dari kapitalisme. Sekali lagi kalian juga pasti tau akan hal
itu. Prasangka ku memang tidak meleset bahwa kalian itu orang-orang yang
hebat. Jika kalian sudah tau semua, atau mungkin kalian lebih tau. Mana
gerakan nyata kalian untuk membebaskan rakyat dari kedzaliman
kapitalisme di negeri kita.
Aku hanya bisa memanggilmu kaum muda,
maaf jika panggilan itu tidak terlalu keren di telinga kalian. Untuk
akhir dari suratku, aku lagi-lagi berharap kalian sadar akan posisi yang
mengerti kondisi hari ini. Maaf juga jika akau banyak Tanya, kalian
tidak perlu menjawab semua pertanyaanku tadi. Bahkan kalian tidak usah
mengirim surat balasan kepadaku. Dan untuk pertanyaanku yang menanyakan
siapa kalian, juga tidak usah kalian jawab. Karena aku lebih tau siapa
kalian di bandingkan kalian sendiri. Mungkin hanya itu kehebatanku.
Terima kasih….
Parepare, 25 Februari 2014.








Home »
Sastra Merah
» Surat Lusuh Untuk Kaum Muda/Intelektual
Surat Lusuh Untuk Kaum Muda/Intelektual
Posted by Redaksi
Posted on 12.43
with No comments
0 komentar:
Posting Komentar